Ketika Gen Z Takut Tertinggal ; Refleksi Akademisi tentang FOMO

0
60

Oleh: Hernando ( Dosen FIKOM Jayabaya)

Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) telah menjadi salah satu ciri khas perilaku Generasi Z di era digital. Rasa takut tertinggal tren, informasi, atau perbincangan di media sosial membuat mereka selalu terhubung dan aktif memantau setiap perkembangan.

Dari perspektif komunikasi, FOMO tidak hanya memengaruhi perilaku individu, tetapi juga membentuk pola interaksi, konsumsi informasi, dan pembentukan identitas digital.

Generasi Z cenderung mengonsumsi konten secara cepat dan singkat, sering kali memprioritaskan viralitas dibanding kedalaman. Hal ini menimbulkan tantangan baru bagi media dani pendidik, bagaimana menyampaikan informasi yang tetap relevan dan edukatif, tanpa hanya mengikuti arus popularitas.

Perusahaan media pun tidak luput dari dinamika ini. Banyak media yang menyesuaikan konten mereka agar sesuai dengan pola konsumsi Gen Z. Saya menyebut fenomena ini sebagai “FOMO institusional”: ketakutan media untuk tertinggal dalam menarik perhatian audiens muda. Strategi ini, jika tidak diimbangi dengan prinsip jurnalistik yang kuat, berpotensi menggeser fokus dari kualitas dan akurasi informasi.

Dalam konteks akademik, FOMO menjadi bahan refleksi penting. Mahasiswa dan praktisi komunikasi perlu dilatih untuk menyaring informasi secara kritis, memahami konteks, dan membedakan antara tren yang sekadar populer dan konten yang bermakna. Media, di sisi lain, harus mampu menyeimbangkan inovasi digital dengan tanggung jawab sosial dan etika komunikasi.

Fenomena FOMO menegaskan satu hal dalam dunia yang serba cepat, kemampuan berpikir kritis dan memahami konteks jauh lebih berharga daripada sekadar mengikuti arus informasi. Sebagai akademisi, tugas kita adalah membekali generasi muda dengan keterampilan ini agar mereka menjadi konsumen informasi yang cerdas dan bertanggung jawab. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here