Mengembangkan Kesadaran Filosofis pada Mahasiswa Masa Kini

0
76

Oleh: Hernando ( Dosen FIKOM Jayabaya)

OPINI – Mahasiswa masa kini tumbuh di tengah perubahan yang bergerak sangat cepat. Dunia digital, media sosial, dan banjir informasi telah membentuk cara berpikir yang serba praktis dan instan.

Segala sesuatu dapat dicari hanya dengan beberapa ketukan jari, sehingga kebiasaan untuk merenung dan memahami secara mendalam perlahan mulai pudar.

Dalam suasana seperti itu, menumbuhkan kembali kesadaran filosofis menjadi hal yang penting agar mahasiswa tidak kehilangan arah berpikir dan nilai kemanusiaannya.

Sebagai dosen Ilmu Komunikasi, saya memandang bahwa kemampuan berpikir filosofis merupakan dasar bagi pembentukan karakter akademik yang matang.

Filsafat membantu mahasiswa untuk berpikir dengan jernih, logis, dan kritis terhadap setiap fenomena. Ia juga mengingatkan bahwa komunikasi bukan hanya soal berbicara atau menulis, tetapi juga soal memahami makna, konteks, serta tanggung jawab moral dari setiap pesan yang disampaikan.

Komunikator yang sejati bukan hanya yang fasih berucap, tetapi juga yang sadar akan dampak dari kata-katanya terhadap orang lain.

Sering kali, mahasiswa menganggap filsafat tidak memiliki hubungan dengan dunia praktis. Padahal, kemampuan berpikir filosofis justru sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan komunikasi di era digital.

Di tengah maraknya penyebaran informasi yang belum tentu benar, kemampuan untuk menimbang, menganalisis, dan berpikir etis menjadi kunci penting. Mahasiswa yang memiliki kesadaran filosofis tidak mudah terbawa arus opini dan lebih hati-hati dalam menilai serta menyebarkan informasi.

Dalam proses pembelajaran, mahasiswa yang memiliki kemampuan reflektif biasanya menunjukkan sikap yang lebih tenang dan mendalam dalam berpendapat.

Mereka tidak sekadar meniru pandangan orang lain, melainkan berusaha memahami persoalan dari berbagai sisi sebelum menyimpulkan. Pola pikir seperti ini mencerminkan kedewasaan intelektual yang berakar pada cara berpikir filosofis.

Dalam konteks komunikasi, hal ini tampak dalam sikap empati, kejujuran, dan tanggung jawab sosial ketika menyampaikan pesan.

Kesadaran filosofis tidak tumbuh dari teori semata, melainkan melalui kebiasaan berdialog, membaca secara kritis, dan keberanian untuk berpikir berbeda dengan cara yang sopan dan argumentatif.

Kampus perlu menciptakan suasana yang mendorong mahasiswa untuk bertanya, menimbang, dan menilai kebenaran dengan pendekatan yang mendalam. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi individu yang terampil berbicara, tetapi juga memiliki kedalaman berpikir dan kematangan moral.

Pada akhirnya, kesadaran filosofis membantu mahasiswa memahami bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi hanyalah sarana. Nilai-nilai kemanusiaanlah yang memberi arah bagi penggunaannya.

Mahasiswa yang berpikir secara filosofis akan lebih siap menghadapi perubahan zaman tanpa kehilangan jati dirinya. Ia mampu mengubah informasi menjadi pengetahuan, dan dari pengetahuan itu lahirlah kebijaksanaan.

Di tengah dunia yang penuh dengan suara dan pendapat, mungkin yang paling dibutuhkan mahasiswa masa kini bukanlah cara untuk berbicara lebih keras, tetapi kemampuan untuk berpikir lebih dalam dan bermakna. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here